GELAR
PRESTASI KARYA TULIS KOMPETENSI KEAHLIAN SISWA SMK TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN
TENGAH TAHUN 2015
PEMBUATAN BULU ENGGANG TIRUAN SEBAGAI PROPERTI TARI
TRADISIONAL DAYAK SEBAGAI UPAYA MENJAGA KELESTARIAN BURUNG KHAS KALIMANTAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Berawal
dari keprihatinan penulis sebagai penari sanggar ‘Lamiang Tabela” SMK Negeri 1
Kota Besi. Pada setiap kali tampil diberbagai ajang perlombaan (Lomba antar
sekolah, FLS2N, Festival Tari Kreasi Daerah, Habaring Hurung, dll.) selalu
menggunakan properti tari bulu burung enggang yang dipasang dikepala maupun
dilengan tangan.
![]() |
Gambar 1. Burung Enggang Sebagai Properti Tari Khas Suku Dayak
Burung enggang menjadi salah satu simbul Budaya Suku
Dayak Kalimantan, mitos dan cerita di balik burung enggang berbeda-beda di
setiap daerah salah satu mitos tersebut mengatakan burung enggang adalah
penjelmaan dari Panglima Burung. Panglima Burung adalah sosok yang tinggal di
gunung pedalaman Kalimantan dan berwujud gaib dan hanya akan hadir saat perang.
Umumnya burung ini dianggap sakral dan tidak diperbolehkan untuk diburu apalagi
dimakan. Bila ada burung enggang yang ditemukan mati, jasadnya tidak dibuang.
Bagian kepalanya digunakan untuk hiasan kepala. Rangka kepala burung enggang
yang keras bertulang akan tetap awet bentuknya. Hiasan kepala inipun hanya
boleh digunakan oleh orang-orang terhormat.
Saat ini burung enggang merupakan burung langka yang sangat
sulit di temui di hutan Kalimantan. Hal ini dikarenakan pembakaran lahan tidur,
ilegal logging yang terus-menerus
terjadi untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit maupun eksploitasi hasil
tambang. Nasib burung enggang ini sekarang sama seperti nasib suku Dayak di Borneo
yang semakin terpinggirkan di tanahnya sendiri. Hal ini juga diperparah dengan
maraknya perburuan yang dilakukan masyarakat sekitar. Harga persatu kepala
burung Enggang dihargai Rp.2,5 juta, sedangkan harga bulu tiap helainya mencapai
Rp.150.ribu. Harga sewa properti seperangkat burung tingang (kepala dan bulu
bulu-bulu) mencapai Rp.200 ribu sampai
dengan Rp.400 ribu untuk tiap kali tampil. Harganya yang mahal banyak warga
pedalaman berlomba berburu burung tersebut dihutan.
Dari
keprihatinan itulah tercetus ide untuk menyusun karya tulis ini yang berjudul,
“Pembuatan
Bulu Enggang Tiruan Sebagai Properti Tari Tradisional Dayak Sebagai Upaya Untuk
Menjaga Kelestarian Burung Khas Kalimantan”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas rumusan masalah pada karya tulis ini adalah:
1. Bagaimana
pembuatan bulu enggang tiruan sebagai properti tari tradisional Dayak?
2. Bagaimana
bulu enggang tiruan dapat membantu upaya melestarikan burung khas Kalimantan?
1.3.
Batasan
Masalah
Pada
karya tulis ini permasalahan yang
diteliti/dipaparkan sebatas pada pembuatan bulu enggang tiruan.
1.4.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan karya tulis ini:
1. Memberikan
wawasan tentang keberadaan burung enggang sebagai fauna khas Kalimantan.
2. Memaparkan
bagaimana cara pembuatan bulu burung enggang tiruan.
3. Mengajak
pembaca untuk turut serta melestarikan burung enggang yang hampir punah.
1.5.
Manfaat
Penulisan Karya Tulis
1. Bagi
pembaca, menambah wawasan tentang dampak penggunaan burung enggang sebagai
properti tari daerah suku Dayak.
2. Bagi
penulis, menumbuhkan rasa cinta dan kepedulian pada kelestarian alam
Kalimantan.
3. Bagi
lingkungan, membantu kelestarian burung
enggang di Kalimantan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Mengenal
Lebih Dekat Burung Enggang Khas kalimantan
Enggang atau Buceros rhinoceras, sejenis burung yang besar badannya
dan paruhnya panjang. Yang jantan memiliki mata berwarna merah atau oranye, dan
yang betina bermata putih. Panjangnya mencapai 122 cm. Dapat hidup hingga 35
tahun. Bisa dijumpai di Malaysia, Kalimantan, dan Sumatra. Burung ini
termasuk kedalam:
Kingdom:
|
Animalia
|
Phylum:
|
Chordata
|
Class:
|
Aves
|
Order:
|
Coraciiformes
|
Family:
|
Bucerotidae
|
Genus:
|
Buceros
|
Species:
|
B.
rhinoceros
|
![]() |
|
Gambar 2.
Performan Burung Enggang
Makanan burung enggang buah-buahan juga kadal,
kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga. Dalam
budaya Kalimantan, burung enggang (tingang) merupakan simbol “Alam Atas” yaitu
alam kedewataan yang bersifat “maskulin”. Sedangkan di Kalimantan, burung enggang sakti dipakai sebagai lambang daerah atau simbol
organisasi seperti: lambang Negeri Sarawak, lambang Kalimantan Tengah, burung enggang gading yang menjadi maskot Kalbar, Simbol Universitas Lambung Mangkurat dan sebagainya. Burung enggang diwujudkan
dalam bentuk ukiran pada budaya Dayak, sedangkan dalam budaya Banjar, burung
enggang diukir dalam bentuk tersamar (didistilir) karena budaya Banjar tumbuh
di bawah pengaruh agama Islam yang melarang adanya ukiran makhluk bernyawa.
Burung
Rangkong (Enggang) adalah burung yang terdiri dari 57 spesies yang tersebar di
Asia dan Afrika. 14 diantaranya terdapat di Indonesia. Di antara enggang, jenis
enggang gading adalah yang terbesar ukurannya, baik kepala, paruh dan tanduknya
yang menutupi bagian dahinya. Enggang gading adalah salah satu dari 14 jenis
burung rangkong yang ada di Indonesia dan menjadi maskot provinsi Kalimantan
Barat. Karena jumlahnya yang semakin sedikit burung ini termasuk dalam jenis
fauna yang dilindungi undang-undang. Binatang yang dilindungi ini pada usia
mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan
mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari
seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang
terletak di bawah ekornya. Burung ini menyukai daun Ara sebagai makanan
favoritnya, tapi tidak jarang juga makan serangga, tikus, kadal bahkan burung
kecil.
Burung Enggang mempunyai kebiasaan
hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik
tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak
tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina.
Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan
dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan
memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa
inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena
itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak
untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan
mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.
2.2.
Performan Tarian
Khas Suku Dayak Kalimantan Menggunakan Properti Burung Enggang
Kalimantan Tengah (Kalteng) dengan Suku Dayak sebagai
penduduk aslinya kaya dengan keanekaragaman seni dan budaya peninggalan masa
lalu. Satu dari kearifan khasanah budaya warisan nenek moyang tersebut
terkandung dalam ragam seni tarian. Untuk itulah Dinas Kesenian dan Pariwisata Daerah Kabupaten
dan Kota selalu mengadakan acara-acara rutin tahunan berupa lomba seni tari
daerah. Di Kabupaten Kotawaringin Timur sendiri ada
beberapa agenda rutin tahunan yang diselenggarakan yaitu, Festival Kreasi
seni tari pesisir dan pedalaman,
Habaring Hurung, Pemilihan Putra Putri wariwisata, dll. Kegiatan ini
merupakan salah satu bentuk promosi kesenian daerah guna mendukung pengembangan
potensi wisata lokal. Berikut ini
gambar performan berbagai jenis tari kreasi khas suku Dayak dengan menggunakan
properti bulu enggang.

Gambar
3. Kreasi Tari Mandau Kalimantan Tengah 2014

Gambar
4. Performan Tari Deguq

Gambar 5 Performan pemusik diacara
pembukaan Dayak Iban
![]() |
Gambar 6. Performan Penari Indonesia
di Taiwan

Gambar 7. Performan tari enggang

Gambar 8. Tari Patoka Ponyang
Dari
cuplikan beberapa tarian khas suku Dayak yang tersebut diatas tergambar oleh
kita berapa ribu satwa burung enggang yang bulu-bulunya tercerabut sebagai
properti tari. Untuk itulah penulis mengajak semua pihak terkait untuk turut
serta melestarikan kekayaan alam Kalimantan yang salah satu bentuk upayanya
adalah dengan pembuatan bulu enggang tiruan ini.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Alat dan Bahan Pembuatan Bulu Enggang Tiruan
Pembuatan bulu enggang tiruan sebagai pengganti bulu enggang asli sebagai
properti tari khas suku Dayak ini sangat mudah dan sederhana tidak membutuhkan
peralatan canggih yang rumit. Namun dari Ide sederhana ini siapa menyangka
ternyata mampu turut serta memberikan kontribusi pada kelestarian fauna khas
kalimantan.
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan bulu enggang tiruan ini
yaitu:
a.
kain keras/kain krah tipis warna
putih
b.
ballpoint/pensil
c.
gunting
d.
lidi dari pelepah daun nipah
e.
cat tembok hitam
f.
seterika
3.2.
Langkah-langkah Pembuatan Bulu Enggang Tiruan
Urutan Langkah pembuatan bulu enggang tiruan adalah sebagai
berikut:
a.
Siapkan alat dan bahan yang
diperlukan
b.
Potong lidi sesuai ukuran yang
dikehendaki

Gambar 9.
Mengukur dan memotong lidi sesuai ukuran yang
dikehendaki
c.
Menyiapkan kain keras dengan
ukuran dua kali ukuran panjang lidi
sesuai ukuran panjang bulu tiruan yang
dikehendaki
d.
Menyusun lidi diatas kain keras
dengan jarak ± 8 cm

Gambar 10. Menyusun lidi diatas kain
keras
e.
Menutup kain/melipat bagian sisi atas
kain keatas lidi

Gambar 11. Melipat/menutup lidi
f. Merekatkan kain keras yang telah
dilipat diatas lidi dengan cara menyetrikanya. (sebelumnya diatas kain keras
dilapisi kertas HVS terlebih dahulu supaya
kain tidak mengkerut dan hasilnya lebih rapi).

Gambar 12. Menyeterika kain penutup
lidi
g. Menggambar pola bulu enggang diatas
kain menggunakan mal/cetakan.


Gambar 13. Membuat pola
h. Memotong kain sesuai pola yang telah
dibuat.


Gambar 14. Memotong kain sesuai pola
i.
Mengecat sesuai warna bulu enggang
menggunakan cat tembok warna hitam.


Gambar 15. Mengecat pola bulu enggang
j.
Menggunting tepian bulu supaya lebih
terkesan alami menyerupai helai burung enggang yang sebenarnya.


Gambar 16. Menggunting tepian pola
k.
Setelah itu dijemur dibawah sinar
matahari ± 2 jam.
3.3.
Pemakaian Bulu Enggang Tiruan Sebagai Kontribusi Melestarikan Burung Khas
Kalimantan.
Pemakaian bulu enggang tiruan sebagai properti tari merupakan Ide
sederhana yang berawal dari keprihatinan. Burung enggang (yang nama lainnya
tingang/rangkong) menjadi burung sakral suku Dayak yang wajib kita lestarikan.
Naif sekali jika burung ini punah hanya karena untuk dijadikan hiasan pelengkap
sebuah tarian demi mempromosikan potensi wisata lokal. Dengan menggunakan
bulu enggang tiruan penulis yakin akan
dapat memberikan kontribusi pada kelestarian burung khas Kalimantan jika
didukung oleh pemerintah beserta segenap
praktisi dan pecinta seni tari daerah Kalimantan.
Berikut ini penulis tampilkan performan siswa-siswi Sanggar “Lamiang
Tabela” SMK Negeri 1 Kota Besi yang menggunakan bulu enggang tiruan sebagai
properti pada penampilan tari mereka.
Penggunaan properti bulu enggang tiruan pada performan kreasi tari daerah
oleh siswa-siswi Sanggar “Lamiang Tabela” SMK Negeri 1 Kota Besi” ternyata
sangat memukau, tidak ada yang menyangka bahwa mereka menggunakan properti bulu
enggang tiruan.

Gambar 17. Siswa-siswi Sanggar “Lamiang Tabela”
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.a. Kesimpulan
Dari pemaparan karya tulis ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembuatan bulu
enggang tiruan sangat mudah dengan alat
dan bahan yang sederhana.
2. Menggunakan bulu enggang tiruan tidak mengurangi
keelokan performan tarian khas suku Dayak.
3. Pemakaian bulu
enggang tiruan sebagai properti tarian khas suku Dayak dapat memberikan
kontribusi pada kelestarian burung khas Kalimantan.
4.b. Saran
Demi kelestarian alam Kalimantan, penulis memberikan saran kepada semua
pihak agar:
1.
Menyadari bahwa setiap perbuatan pasti ada resiko yang
diakibatkan. Menggunakan bulu enggang sebagai properti tari akan mempercepat
punahnya satwa khas Kalimantan ini.
2.
Pemerintah, praktisi dan pecinta seni
tari daerah mau menghimbau/ mendukung penggunaan properti bulu enggang tiruan.
3.
Semua pihak turut
memikirkan/menyumbangkan ide-ide yang lain demi kelestarian alam di Kalimantan
(misalnya membuat bulu haruai buatan yang juga masih menjadi pemikiran penulis
untuk penelitian selanjutnya).
DAFTAR
PUSTAKA
Tambunan, (2012), Mengenal Burung Enggang Khas Kalimantan.
Bumi
Kalimantan. (2015). Burung Enggang Fauna
Khas Kalimantan.
http://www.bumikalimantan.com/burung-enggang-sebagai-fauna-khas-kalimantan/
Serba Tradisional.
(2015). 14 Tari Tradisional dari
Kalimantan/Suku Dayak.
http://www.youtube.com
gambarnya tidak keluar
BalasHapus