Senin, 25 Mei 2015



GELAR PRESTASI KARYA TULIS KOMPETENSI KEAHLIAN SISWA SMK TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2015


PEMBUATAN BULU ENGGANG TIRUAN SEBAGAI PROPERTI TARI TRADISIONAL DAYAK SEBAGAI UPAYA MENJAGA KELESTARIAN BURUNG KHAS KALIMANTAN
 


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang

Berawal dari keprihatinan penulis sebagai penari sanggar ‘Lamiang Tabela” SMK Negeri 1 Kota Besi. Pada setiap kali tampil diberbagai ajang perlombaan (Lomba antar sekolah, FLS2N, Festival Tari Kreasi Daerah, Habaring Hurung, dll.) selalu menggunakan properti tari bulu burung enggang yang dipasang dikepala maupun dilengan tangan.


 










Gambar 1. Burung  Enggang Sebagai Properti Tari Khas Suku Dayak

Burung enggang menjadi salah satu simbul Budaya Suku Dayak Kalimantan, mitos dan cerita di balik burung enggang berbeda-beda di setiap daerah salah satu mitos tersebut mengatakan burung enggang adalah penjelmaan dari Panglima Burung. Panglima Burung adalah sosok yang tinggal di gunung pedalaman Kalimantan dan berwujud gaib dan hanya akan hadir saat perang. Umumnya burung ini dianggap sakral dan tidak diperbolehkan untuk diburu apalagi dimakan. Bila ada burung enggang yang ditemukan mati, jasadnya tidak dibuang. Bagian kepalanya digunakan untuk hiasan kepala. Rangka kepala burung enggang yang keras bertulang akan tetap awet bentuknya. Hiasan kepala inipun hanya boleh digunakan oleh orang-orang terhormat.
Saat ini burung enggang merupakan burung langka yang sangat sulit di temui di hutan Kalimantan. Hal ini dikarenakan pembakaran lahan tidur, ilegal logging yang terus-menerus terjadi untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit maupun eksploitasi hasil tambang. Nasib burung enggang ini sekarang sama seperti nasib suku Dayak di Borneo yang semakin terpinggirkan di tanahnya sendiri. Hal ini juga diperparah dengan maraknya perburuan yang dilakukan masyarakat sekitar. Harga persatu kepala burung Enggang dihargai Rp.2,5 juta, sedangkan harga bulu tiap helainya mencapai Rp.150.ribu. Harga sewa properti seperangkat burung tingang (kepala dan bulu bulu-bulu)  mencapai Rp.200 ribu sampai dengan Rp.400 ribu untuk tiap kali tampil. Harganya yang mahal banyak warga pedalaman berlomba berburu burung tersebut dihutan.
Dari keprihatinan itulah tercetus ide untuk menyusun karya tulis ini yang berjudul, “Pembuatan Bulu Enggang Tiruan Sebagai Properti Tari Tradisional Dayak Sebagai Upaya Untuk Menjaga Kelestarian Burung Khas Kalimantan”.
1.2.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah pada karya tulis ini adalah:
1.  Bagaimana pembuatan bulu enggang tiruan sebagai properti tari tradisional Dayak?
2.  Bagaimana bulu enggang tiruan dapat membantu upaya melestarikan burung khas Kalimantan?

1.3.        Batasan Masalah
Pada karya tulis  ini permasalahan yang diteliti/dipaparkan sebatas pada pembuatan bulu enggang tiruan.

1.4.        Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini:
1.    Memberikan wawasan tentang keberadaan burung enggang sebagai fauna khas Kalimantan.
2.    Memaparkan bagaimana cara pembuatan bulu burung enggang tiruan.
3.    Mengajak pembaca untuk turut serta melestarikan burung enggang yang hampir punah.

1.5.        Manfaat Penulisan Karya Tulis
1.    Bagi pembaca, menambah wawasan tentang dampak penggunaan burung enggang sebagai properti tari daerah suku Dayak.
2.    Bagi penulis, menumbuhkan rasa cinta dan kepedulian pada kelestarian alam Kalimantan.
3.    Bagi lingkungan,  membantu kelestarian burung enggang di Kalimantan.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.        Mengenal Lebih Dekat Burung Enggang Khas kalimantan
Enggang atau Buceros rhinoceras, sejenis burung yang besar badannya dan paruhnya panjang. Yang jantan memiliki mata berwarna merah atau oranye, dan yang betina bermata putih. Panjangnya mencapai 122 cm. Dapat hidup hingga 35 tahun. Bisa dijumpai di Malaysia, Kalimantan, dan Sumatra. Burung ini termasuk kedalam:
Kingdom:
Animalia
Phylum:
Chordata
Class:
Aves
Order:
Coraciiformes
Family:
Bucerotidae
Genus:
Buceros
Species:
B. rhinoceros












Gambar 2. Performan Burung Enggang
Makanan burung enggang buah-buahan juga kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga. Dalam budaya Kalimantan, burung enggang (tingang) merupakan simbol “Alam Atas” yaitu alam kedewataan yang bersifat “maskulin”. Sedangkan di Kalimantan, burung enggang sakti dipakai sebagai lambang daerah atau simbol organisasi seperti: lambang Negeri Sarawak, lambang Kalimantan Tengah, burung enggang gading yang menjadi maskot Kalbar, Simbol Universitas Lambung Mangkurat dan sebagainya. Burung enggang diwujudkan dalam bentuk ukiran pada budaya Dayak, sedangkan dalam budaya Banjar, burung enggang diukir dalam bentuk tersamar (didistilir) karena budaya Banjar tumbuh di bawah pengaruh agama Islam yang melarang adanya ukiran makhluk bernyawa.
            Burung Rangkong (Enggang) adalah burung yang terdiri dari 57 spesies yang tersebar di Asia dan Afrika. 14 diantaranya terdapat di Indonesia. Di antara enggang, jenis enggang gading adalah yang terbesar ukurannya, baik kepala, paruh dan tanduknya yang menutupi bagian dahinya. Enggang gading adalah salah satu dari 14 jenis burung rangkong yang ada di Indonesia dan menjadi maskot provinsi Kalimantan Barat. Karena jumlahnya yang semakin sedikit burung ini termasuk dalam jenis fauna yang dilindungi undang-undang. Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya. Burung ini menyukai daun Ara sebagai makanan favoritnya, tapi tidak jarang juga makan serangga, tikus, kadal bahkan burung kecil.
Burung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.
2.2.       Performan Tarian Khas Suku Dayak Kalimantan Menggunakan Properti Burung Enggang

Kalimantan Tengah (Kalteng) dengan Suku Dayak sebagai penduduk aslinya kaya dengan keanekaragaman seni dan budaya peninggalan masa lalu. Satu dari kearifan khasanah budaya warisan nenek moyang tersebut terkandung dalam ragam seni tarian. Untuk itulah  Dinas Kesenian dan Pariwisata Daerah Kabupaten dan Kota selalu mengadakan acara-acara rutin tahunan berupa lomba seni tari daerah. Di Kabupaten Kotawaringin Timur sendiri ada beberapa  agenda rutin tahunan  yang diselenggarakan yaitu, Festival Kreasi seni tari pesisir dan pedalaman,  Habaring Hurung, Pemilihan Putra Putri wariwisata, dll. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk promosi kesenian daerah guna mendukung pengembangan potensi wisata lokal.  Berikut ini gambar performan berbagai jenis tari kreasi khas suku Dayak dengan menggunakan properti bulu enggang.







Gambar 3. Kreasi Tari Mandau Kalimantan Tengah 2014



 






Gambar 4. Performan Tari Deguq










    Gambar 5 Performan pemusik diacara pembukaan Dayak Iban




 











Gambar 6. Performan Penari Indonesia di Taiwan









Gambar 7. Performan tari enggang












              Gambar 8. Tari Patoka Ponyang

            Dari cuplikan beberapa tarian khas suku Dayak yang tersebut diatas tergambar oleh kita berapa ribu satwa burung enggang yang bulu-bulunya tercerabut sebagai properti tari. Untuk itulah penulis mengajak semua pihak terkait untuk turut serta melestarikan kekayaan alam Kalimantan yang salah satu bentuk upayanya adalah dengan pembuatan bulu enggang tiruan ini.






BAB III
PEMBAHASAN

3.1.        Alat dan Bahan Pembuatan Bulu Enggang Tiruan
Pembuatan bulu enggang tiruan sebagai pengganti bulu enggang asli sebagai properti tari khas suku Dayak ini sangat mudah dan sederhana tidak membutuhkan peralatan canggih yang rumit. Namun dari Ide sederhana ini siapa menyangka ternyata mampu turut serta memberikan kontribusi pada kelestarian fauna khas kalimantan.
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan bulu enggang tiruan ini yaitu:
a.    kain keras/kain krah tipis warna putih
b.    ballpoint/pensil
c.    gunting
d.    lidi dari pelepah daun nipah
e.    cat tembok hitam
f.     seterika

3.2.        Langkah-langkah Pembuatan Bulu Enggang Tiruan
Urutan Langkah pembuatan bulu enggang tiruan adalah sebagai
berikut:
a.    Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
b.    Potong lidi sesuai ukuran yang dikehendaki




                                                           Gambar 9.
                                                          Mengukur dan memotong lidi sesuai                              ukuran yang dikehendaki
c.    Menyiapkan kain keras dengan ukuran  dua kali ukuran panjang lidi sesuai ukuran  panjang bulu tiruan yang dikehendaki
d.    Menyusun lidi diatas kain keras dengan jarak ± 8 cm










                     Gambar 10. Menyusun lidi diatas kain keras 

e.    Menutup kain/melipat bagian sisi atas kain keatas lidi











                             Gambar 11. Melipat/menutup lidi

f.     Merekatkan kain keras yang telah dilipat diatas lidi dengan cara menyetrikanya. (sebelumnya diatas kain keras dilapisi kertas HVS  terlebih dahulu supaya kain tidak mengkerut dan hasilnya lebih rapi).


 











                             Gambar 12. Menyeterika kain penutup lidi

g.    Menggambar pola bulu enggang diatas kain menggunakan mal/cetakan.










                                   Gambar 13. Membuat pola
h.    Memotong kain sesuai pola yang telah dibuat.











Gambar 14. Memotong kain sesuai  pola

i.      Mengecat sesuai warna bulu enggang menggunakan cat tembok warna hitam.










Gambar 15. Mengecat pola bulu enggang



j.      Menggunting tepian bulu supaya lebih terkesan alami menyerupai helai burung enggang yang sebenarnya.








Gambar 16. Menggunting tepian pola
k.    Setelah itu dijemur dibawah sinar matahari ± 2 jam.

3.3.        Pemakaian Bulu Enggang Tiruan Sebagai Kontribusi Melestarikan Burung Khas Kalimantan.

Pemakaian bulu enggang tiruan sebagai properti tari merupakan Ide sederhana yang berawal dari keprihatinan. Burung enggang (yang nama lainnya tingang/rangkong) menjadi burung sakral suku Dayak yang wajib kita lestarikan. Naif sekali jika burung ini punah hanya karena untuk dijadikan hiasan pelengkap sebuah tarian demi mempromosikan potensi wisata lokal. Dengan menggunakan bulu  enggang tiruan penulis yakin akan dapat memberikan kontribusi pada kelestarian burung khas Kalimantan jika didukung oleh  pemerintah beserta segenap praktisi dan pecinta seni tari daerah Kalimantan.
Berikut ini penulis tampilkan performan siswa-siswi Sanggar “Lamiang Tabela” SMK Negeri 1 Kota Besi yang menggunakan bulu enggang tiruan sebagai properti pada penampilan tari mereka.
Penggunaan properti bulu enggang tiruan pada performan kreasi tari daerah oleh siswa-siswi Sanggar “Lamiang Tabela” SMK Negeri 1 Kota Besi” ternyata sangat memukau, tidak ada yang menyangka bahwa mereka menggunakan properti bulu enggang tiruan.
 









Gambar 17. Siswa-siswi Sanggar “Lamiang Tabela”


  
 BAB IV
 KESIMPULAN DAN SARAN

4.a.  Kesimpulan
      Dari pemaparan karya tulis ini dapat disimpulkan bahwa:
1.   Pembuatan bulu enggang tiruan sangat mudah  dengan alat dan bahan yang sederhana.
2. Menggunakan bulu enggang tiruan tidak mengurangi keelokan performan tarian khas suku Dayak.
3.  Pemakaian bulu enggang tiruan sebagai properti tarian khas suku Dayak dapat memberikan kontribusi pada kelestarian burung khas Kalimantan.

4.b. Saran
        Demi kelestarian alam Kalimantan, penulis memberikan saran kepada semua pihak agar:
1.    Menyadari bahwa  setiap perbuatan pasti ada resiko yang diakibatkan. Menggunakan bulu enggang sebagai properti tari akan mempercepat punahnya satwa khas Kalimantan ini.
2.    Pemerintah, praktisi dan pecinta seni tari daerah mau menghimbau/ mendukung penggunaan properti bulu enggang tiruan.
3.    Semua pihak turut memikirkan/menyumbangkan ide-ide yang lain demi kelestarian alam di Kalimantan (misalnya membuat bulu haruai buatan yang juga masih menjadi pemikiran penulis untuk penelitian selanjutnya).


DAFTAR PUSTAKA

Tambunan, (2012), Mengenal Burung Enggang Khas Kalimantan.

Bumi Kalimantan. (2015). Burung Enggang Fauna Khas Kalimantan.
            http://www.bumikalimantan.com/burung-enggang-sebagai-fauna-khas-kalimantan/

Serba Tradisional. (2015). 14 Tari Tradisional dari Kalimantan/Suku Dayak.

http://www.youtube.com                      




1 komentar:

AKSI NYATA 2 PELATIHAN KURIKULUM MERDEKA